Jumat, 24 April 2020

4 Tarian Khas Suku Bugis


Tarian Suku Bugis
     Setiap daerah ataupun suku tentunya memiliki keunikan tersendiri,salah satu keunikan tersebut dapat kita lihat pada seni tari yang mereka miliki. Suku Bugis yang merupakan salah satu suku terbesar di Sulawesi Selatan tentunya memiliki tarian khas yang diturunkan dari generasi kegenerasi. Berikut jenis tarian suku Bugis. 

1. Tari Paduppa Bosara

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkJceb20mNQqIVgLcfwoM8GjoH0VeK6FcOh5Nx4CAXyn1BsDVNc_wA_OA9d2tJQW5VhAlymjpHIPjmnoe-_3qww2FELBln6YTcvLj27bOAzDSp8ABkkwF1ouj_NNV6VL3qQ9dDExNJLpme/s1600/876e8-9e97-4282-94a5-f57e8a653.jpg

            Paduppa berasal dari Bahasa bugis yang berarti “ Penyambutan” dan “Bosara” yang merupakan wadah atau tempat yang digunakan untuk menyajikan kue dalam sebuah hajatan maupun dalam acara-acara formal. Dapat didefinisikan jika “Tari Paduppa Bosara” merupakan tari yang ditujukan untuk menyambut tamu dengan membawa “bosara” ditangan para penari yang biasanya berisi bunga ataupun beras. Dahulu, tari ini dijamukan untuk raja ataupun menyambut para tamu agung kerajaan. Tari ini menggambarkan bagaimana suku bugis dalam menyambut para tamu kehormatan mereka dengan senantiasa menghidangkan makanan khas bugis diatas talenan kue atau “bosara”.
            Tari Paduppa Bosara biasanya dibawakan oleh penari berjumlah ganjil, dengan menggunakan pakaian adat khas bugis yaitu baju bodo disertai sarung sutra bermotif kotak, dan juga aksesoris khas baju bodo.  Hampir keseluruhan gerakan dalam tarian ini adalah gerakan penghormatan dipadukan dengan gerakan menyebar beras (isi dari bosara) sebagai tanda penghormatan dan doa kepada para tamu yang dating.

2. Tari Pakkurusumange


Tari khas bugis ini berasal dari salah satu kabupaten di Sulawesi selatan,yaitu kabupaten Soppeng. Pakkurusumange diartikan sebagai “pemanggil sukma” yang dimana tarian ini menyimbolkan mengenai kehidupan. Kehidupan yang dimaksud yaitu agar senantiasa diberikan kedamaian, dan rezeki yang diberkahi tuhan. Tarian ini sering pula dipentaskan sebagai penyambut tamu.

3. Tari Mappadendang

https://66.media.tumblr.com/85234b1fc898f0bb254ea2b20130b97c/tumblr_inline_o165jyOCAT1tfdxw5_1280.jpg

Tarian ini dikenal juga dengan sebutan “Tarian pasca panen” yang dilakukan oleh suku bugis sebagai bentuk rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa, karena telah memberikan hasil panen yang melimpah. Tarian ini, biasanya diadakan secara besar-besaran dengan melakukan penumbukan gabah (biji padi) pada lesung menggunakan Alu (tongkat besat yang terbuat dari kayu).
            Selain sebagai upacara yang dilakukan pasca panen, tarian ini juga menyimbolkan pensucihan gabah yang dalam artiannya padi masih terikat pada batangnya dan terhubung dengan tanah menjadi beras yang nanntinya akan menyatu dengan manusia. Karena itu dilakukan terlebih dahulu pensucihan agar lebih berkah.
          Masyarakat bugis melakukan tarian ini pasca panen raya yang memasuki musim kemarau, pada malam hari saat bulan purnam. Dasarnya mappadenda berupa bunyi tumbukan alu ke lesung yang silih berganti sewaktu menumbuk padi, dengan penari terdiri dari 6 orang penari perempuan dan 3 orang penari laki-laki, bilik baruga, lesung, alu dan pakaian tradisional suku bugis yaitu “waju bodo” untuk penari wanita dan penari pria akan menggunakan lilit kepala serta baju hitam dan sarung selutut.
        Pembukaan acara ditandai dengan penampilan tari mappadendag. Pada awalnya para pria akan menumbuk alu kosong dengan irama tertentu. Setelah itu, para penari wanita masuk dengan gerakan tari khas yang diiringi oleh music “kecapi”.

4. Tari Alusu

https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn%3AANd9GcTrsNDO2kpadpt3R1sJM5MZ99cOjsWeinqMSI2w2bRJ6UcUMhIQ&usqp=CAU

Tarian ini berasal daerah Sulawesi selatan tepatnya kabupaten Bone. Tarian ini sudah ada sejak raja Tomanurung yang berkuasa pada abad ke 14 masehi. Nama tarian alusu sendiri berasal dari property tari yang digunakan yaitu “Lalosu”. Lalosu merupakan alat yang berupa seruas bambu dan dibungkus dengan anyaman daun lontar. Ujungnya diberi semacam bentuk kepala ayam jantan, burung nuri atau alo (burung enggang), sedang pada ujung yang lain diberi semacam ekor unggas tersebut, dan badan lalosu itu dibungkus dengan kain warna merah atau kuning.
            Dahulu kala, tarian ini dibawakan oleh para “Bissu” yang bertugas melakukan upacara-upacara misalnya pada pelantikan raja, upacara kelahiran dsb. Makna tarian Alusu terlihat dari gerakan-gerakan yang muncul saat menari, yaitu : permohonan keselamatan, melukiskan persatuan dan kesatuan, saling memperingatkan demi kebaikan. Saat ini, tarian ini sendiri digunakan untuk menyambut para tamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

REVIEW EYE TREATMENT SERUM BY MS GLOW

MS Glow Eye Treatment Serum Eye Treatment Serum By Ms Glow        Mata merupakan salah satu bagian wajah yang menjadi pusat per...